Search This Blog

Monday, March 21, 2011

Anak Berbohong Bukanlah 'Penyakit'

Menurur Dr. Supra Wimbarti, MSc., pada perkembangan anak terdapat fase dimana anak mulai berbohong. Fase ini muncul mulai usia 4 tahun. Hal ini terjadi akibat dari perkembangan kemampuan kognisi. Jadi sikap berbohong pada fase ini bukanlah 'penyakit', melainkan hal yang wajar-wajar saja.

Orang tua cenderung cemas jika anaknya sudah mulai berani berbohong. Hal yang sering dilakukan orang tua untuk menghentikan kebohongan anaknya adalah mengancam dengan menggunakan kata-kata 'dosa' dan 'neraka'. Ancaman itu memang benar adanya, namun tidak tepat bagi anak usia dini karena mereka belum sepenuhnya mengerti. Yang akan terjadi justru perkembangan kognitif anak akan terganggu. Ia menjadi takut berpikir karena ancamannya sangat mengerikan. Sehingga kreativitas anak dalam berpikir akan terpangkas. Jadi sebaiknya kita hindari hal itu.

Tapi, bagaimanapun juga anak harus diperkenalkan dengan konsep perbuatan baik dan buruk sedini mungkin. Walaupun pada fase tertentu anak berbohong adalah wajar, namun jika tidak diantisipasi, sikap tersebut akan berlanjut menjadi kebiasaan. Berikut adalah hal-hal yang bisa dilakukan orang tua untuk menghentikan kebohongan anak:

1) Dengarkan alasan anak kenapa dia berbohong. Kemudian jelaskan bahwa berbohong adalah perbuatan buruk & jelaskan pula apa akibat dari kebohongannya itu.

2) Arahkan anak untuk menyalurkan kemampuan kognisinya ke hal-hal yang positif. Misalnya dengan menyediakan permainan yang menggugah kreativitas dalam berpikir.

3) Berikan sanksi jika memang perlu. Sebaiknya sanksi lebih bersifat sosial & mendidik. Contoh: jika si kakak mengambil roti bagian adik namun pura-pura tidak tahu ketika ditanya, maka sanksinya adalah besok kakak tidak akan mendapat jatah roti.

Dan yang tidak kalah pentingnya adalah menjalin kedekatan dengan anak lebih intens. Masalah akan lebih cepat selesai jika ada kedekatan diantara keduanya. Hal ini membuat anak cenderung merasa nyaman & percaya terhadap orang tuanya. Sehingga anak mau mengungkapkan perasaanya dan juga mau mendengarkan nasehat orang tuanya.

Friday, March 18, 2011

Parenting

Parenting is How do we nurture and educate child. It will very influential at development of child. How to care for and educate good (also called Positive Parenting) will giving a very large contribution for the development of the child in a positive direction. Children who receive Positive Parenting would be better prepared to face the real world. The core of positive parenting is:
  1. giving affection
  2. respecting children
  3. direction a child into something positive
  4. motivating children
  5. provide opportunities for children to do or decide something.
For those of you who want to deepen the knowledge of parenting, l recommend to read the book " "Parenting With Love and Logic". This book will show us about practical parenting skills, among others:
  1. How do to form the characters of children
  2. How to teach responsibility to children
  3. How to raise self-confidence of children
  4. How do motivate children
In addition, we also will be shown how to teach discipline to children without angry, threats, nagging or violent.


For those of you are interested to have this book, please click image bellow

Thursday, March 10, 2011

Menumbuhkah Kreativitas Anak

Kreativitas harus dipupuk sejak dini. Hal ini akan berguna di kemudian hari. Sebenarnya kreativitas masih dipandang sebelah mata. Ada anggapan kalau kreativitas itu menyimpang dari norma. Tapi semua itu tergantung orang yang memerankannya (sebagai orang kreatif). Orang kreatif memiliki kesempatan yang lebih besar untuk berhasil dari pada mereka yang pasif dan hanya tunduk pada perintah. Sekarang pilihan di tangan kita. Sebagai pendidik inginkah kita memiliki generasi bangsa yang kreatif, bisa hidup mandiri ataukah yang hanya tunduk pada perintah bangsa lain? Jika pilihan kita jatuh pada yang pertama, maka cara-cara berikut bisa jadi pertimbangan:

* beri kebebasan pada untuk bereksplorasi,
* beri dukungan pada jerih payah anak dalam berkarya,
* beri apresiasi yang positif pada karya anak,
* sediakan atau tawarkan berbagai kegiatan & sarana prasarana pendukung kreativitas.

Dan masih banyak cara-cara lain.

Monday, March 7, 2011

Pendidikan Anak Berawal dari Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama kali dikenal anak. Pada masa bayi yang penuh dengan ketidak berdayaan sangat membutuhkan peranan orang tua untuk memenuhi kebutuhannya. Maka dari sinilah pendidikan anak berawal.

Keluarga merupakan tempat penanaman nilai-nilai moral yang pertama kali. Dari sinilah anak-anak belajar sopan untuk pertama kalinya.Keluarga juga sebagai filter terhadap pengaruh lingkungan yang didapat anak. Karena kita pun tidak mungkin mengekang anak untuk bersosialisasi di luar lingkungan rumah. Jadi tentunya banyak sekali pengaruh positif maupun negatif yang akan diterima anak.

Ketika anak memasuki usia sekolah, keluarga juga sangat berperan dalam membantu anak dalam menguasai materi pembelajaran. Ketika beranjak dewasa, keluarga atau orang tua berperan untuk mengarahkan pilihan anaknya demi masa depan kelak.

Jadi, jika ingin anak-anak tumbuh dan berkembang dengan baik, maka dalam keluarga perlu: suasana yang kondusif dan demokratis, teladan yang baik serta sarana prasarana yang bisa mengoptimalkan perkembangan anak.

Thursday, March 3, 2011

Menanamkan Kebiasaan Gemar Membaca Pada Anak

Sekarang ini banyak SD yang mensyaratkan calon siswanya untuk bisa membaca. Sehingga mau tidak mau pelajaran membaca yang pada mulanya baru diberikan di SD, kini harus digunakan di TK. Sebenarnya tidak masalah mengajarkan membaca pada anak usia dini asal dalm suasana fun, namun, ada hal yang jauh lebih penting dari sekedar "bisa membaca" yang justru lebih banyak terlupakan., yaitu bagaimana membuat anak menjadi gemar membaca. Ada beberapa cara yang mungkin bisa dijadikan penambah wawasan untuk membuat anak gemar membaca sekaligus menstimulasi anak agar mau belajar membaca:
  1. Kenalkanlah buku pada anak sedini mungkin, tentunya dengan gambar-gambar dan warna-warna yang menarik.
  2. Bacakan buku cerita pada anak dan ajaklah ia turut berpartisipasi aktif, misalnya dengan memintanya membalik halaman dan mengajaknya berdiskusi tentang isi cerita.
  3. Stimulasi rasa ingin tahu anak akan hal-hal baru yang bisa terpuaskan dengan membaca buku.
  4. Kita juga harus gemar membaca jika ingin anak kita suka membaca, karena anak adalah peniru ulung terhadap setiap tindakan kita.

Tuesday, March 1, 2011

Pembinaan Perilaku Anak Usia Dini

Pada usia dini sangatlah penting memberikan pendidikan watak pada anak. Pembinaan watak bukan hanya sekedar pembelajaran mengetahui tentang baik buruk atau benar dan salah. Namun lebih ke pelatihan dan pembiasaan yang terus-menerus tentang sikap baik dan buruk. Berikut ini adalah pendekatan pembinaan watak pada usia dini:

Menentukan tujuan pembinaan
Sebelum mengadakan pembinaan hendaknya kita sudah memiliki seperangkat etika yang ingin dimiliki anak-anak kita, tentunya watak-watak yang positif.

Menjadi teladan moral bagi anak-anak
Anak-anak bukanlah pendengar yang baik bagi orang tua. Tapi mereka adalah peniru ulung terhadap sikap-sikap orang tuanya. Oleh karena itu, handaknya sikap atau tutur kata kita bisa menjadi teladan yang baik bagi mereka.

 Harapan yangrealistis terhadap anak
Sebagai orang tua kita harus mau belajar tentang tahap-tahap perkembangan anak. Sehingga kita bisa memberikan pembinaan watak dan target yang sesuai dengan tahap perkembangan anak agar mereka pun lebih bisa memenuhi harapan kita.

Tunjukkan cinta tanpa syarat
Setiap anak membutuhkan perhatian, cinta, kasih sayang dan penghargaan yang positif untuk mengembangkan diri. Anak yang mendapatkan hal tersebut akan lebih mudah mengembangkan kemampuannya bersosialisasi secara sehat. Cinta tanpa syarat bukan berarti tidak boleh menegurnya ketika bersalah. Kita tetap harus menegur dan memberikan sanksi. Namun dalam memberikan sanksi, fokus kita bukan kapada anak tetapi kepada perbuatan yang dilakukannya. Jadi kita beri tahu kesalahannya sekaligus tetap menyayanginya sebagai anak.

Dukunglah harga diri anak
Dukungan bisa ditunjukkan dengan penerimaan yang baik, kasih sayang dan perhatian oleh keluarga. Hal ini bisa terwujud dengan pola asuh yang demokratis.

(sumber: Strategi pengembangan moral anak usia dini karya Dra. Dwi hardiyanti, M.Pd dan Muh.Sukiram, S.sos.I)

Sunday, February 27, 2011

Pola Asuh Pendidikan Anak Usia Dini

Pola asuh berkaitan erat dengan hubungan antara orang tua dan anak dalam proses pendidikan anak. Pola asuh ini nantinya akan mempengaruhi perkembangan anak. Secara garis besar ada 3 macam pola asuh, yaitu:

Pola asuh Otoriter
Disini orang tua cenderung lebih banyak memerintah dan melarang anak. Anak tidak boleh begini, tidak boleh begitu. Anak harus melakukan ini dan itu sesuai perintah orang tua, tanpa memperhatikan keinginan anak. Pengaruhmya dalam perkembangan anak adalah:
  1. anak menjadi tidak percaya diri, minder atau penakut
  2. anak cenderung membenci figur "penguasa"
  3. menghambat perkembangan kreativitas anak
Pola asuh Permisif
Kebalikan dari pola otoriter, disini orang tua cenderung membebaskan anak melakukan apa saja tanpa kontrol. Pengaruh bagi perkembangan anak adalah:
  1. anak menjadi manja dan cenderung egois
  2. kurang memiliki kedisiplinan
Pola asuh Demokratis
Inti dari pola asuh ini adalah komunikasi atau musyawarah antara anak dan orang tua dalam menentukan hal-hal yang berkaitan dengan anak. Jadi, anak bisa melakukan apa yang ia mau, namun orang tua tetap berperan sebagai pengarah dan pengontrol. Pengaruhnya bagi perkambangan anak adalah:
  1. anak lebih percaya diri
  2. ada kemungkinan besar untuk tumbuh menjadi anak yang ramah
  3. mendukung perkembangan kreativitas